DRAG
DRAG
SUARA knalpot sepeda motor yang mengganggu telinga meyeruak di tengah
panasnya kota Bekasi akhir pekan lalu. Ratusan sepeda motor berjajar
rapih dalam tenda-tenda yang didirikan disekitar kompleks perumahan.
Salah satu akses jalan raya dalam perumahan itu pun ditutup.
Rupanya kelompok anak-anak muda tersebut akan bersiap mengadakan kontes
adu kecepatan dalam trek lurus (drag bike). Motor-motor yang digunakan
tampak asing, sebagian besar tidak memasang bodi motor. Bahkan, komponen
sepeda motor lainnya seperti jok ditaruh seadanya saja.
Motor ini memang tidak dilihat dari segi penampilannya, namun dinilai
dari kemampuannya berpacu dalam arena balap. Dua lintasan lurus sejauh
seperempat mil digunakan untuk mengadu dua pebalap. Pemenangnya adalah
yang memiliki catatan waktu paling singkat melewati garis finis.
Sekilas mengenai sejarah drag bike di Indonesia, tidak seperti lomba
motor lainnya seperti road race dan motorcross, kompetisi ini seperti
ada dan tiada. Awal kemunculan balapan ini pada tahun 1995-an. Namun
kurangnya event dan jenjang internasional membuat, gemerlap drag bike
kembali redup.
Jarangnya event yang mengadakan ajang balap secara resmi, membuat
sebagian penghobi balapan jenis ini turun ke jalan dengan mengadakan
balapan liar. Seperti yang dituturkan salah satu pelaku drag bike Dadan
Priandana (31).
Menurutnya ajang balap jenis ini jarang sekali digelar, sementara
persaingan gengsi antara pebalap liar drag bike semakin ramai. “Jarang
drag race diselenggarakan di Bandung. Karena itu biasanya adu balap
dilakukan di monumen perjuangan Bandung pada sore hari,” ujarnya.
Hingga dua tahun silam, drag bike mulai kembali ramai. Terlebih dengan
masuknya tren baru drag bike kelas skuter matik (skutik). Begitu wabah
skutik melanda, para pembalap liar dan pemodifikasi motorpun beralih
pandangan.
Jika sebelumnya motor laki seperti Honda Tiger dan CB yang jadi basis
andalan untuk terjun di kelas Free For All (FFA), dengan kemunculan
skutik yang berbodi yang kecil, ringan dan bertenaga sangar ini spontan
menjadi bintang untuk dijadikan pacuan.
Kapasitas mesin pun ditingkatkan, dari semula 125 cc menjadi 350 cc.
Melihat perkembangan tren balap motor kelas matik ini, pihak
penyelenggara optimis drag skutik banyak menuai peserta baru.
Puluhan juta pun rela digelontorkan penghobi balap ini, asalkan motornya
jadi paling tercepat diantara para pesaingnya. seperti dilakukan Dadan
untuk ‘mengorek’ (merombak mesin) Kawasaki Ninja miliknya, Dadan
menghabiskan dana lebih dari Rp 10 juta. Sementara untuk skuter matik,
dia bisa habiskan dana lebih dari Rp 20-30 juta.
Namun, permasalahan penghobi balap ini tidak sekedar wadah
penyelenggaraan saja. Ini juga terkait dengan aturan penyelenggaraan dan
jenjang prestasi internasional ajang drag bike ini bagi pebalap
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar